Home » » Rumah Pengungsi Suriah di Kafar Nabel Mulai Diperbaiki

Rumah Pengungsi Suriah di Kafar Nabel Mulai Diperbaiki

Di tengah keterbatasan dan kesulitan ekonomi yang melanda Suriah, sebuah inisiatif kecil namun berarti lahir di kota Kafar Nabel. Sebuah organisasi kemanusiaan berupaya memperbaiki rumah-rumah yang ditinggalkan pengungsi dengan renovasi sederhana agar mereka bisa kembali dan keluar dari kamp. Meski perbaikan dilakukan secara alakadarnya, upaya ini menyalakan harapan baru bagi warga yang lama terusir dari tanah kelahirannya.

Kota Kafar Nabel, yang pernah menjadi salah satu pusat perlawanan sipil Suriah, kini masih menyimpan luka akibat perang. Banyak rumah hancur atau rusak parah, sementara penghuninya terpaksa tinggal di kamp pengungsian. Proyek renovasi yang dilakukan sebuah LSM bernama Human menjadi angin segar setelah bertahun-tahun hanya ada cerita penderitaan.

Program ini menargetkan para warga dari kamp pengungsi Bait Abol yang ingin kembali ke rumah masing-masing. Dalam tahap awal, renovasi difokuskan pada sejumlah rumah yang masih bisa diselamatkan. Rumah yang nyaris roboh atau rata dengan tanah memang belum tersentuh, namun bagi mereka yang mendapat giliran, program ini sangat berarti.

Perbaikan yang dilakukan masih bersifat dasar, seperti pemasangan pintu dan jendela agar rumah bisa ditutup dengan aman. Dinding-dinding retak diperkuat sekadarnya, sementara lantai yang rusak diperbaiki dengan ubin sederhana. Kamar mandi juga dibangun kembali agar penghuni tidak lagi bergantung pada fasilitas darurat di kamp.

Meski sederhana, renovasi itu membuat perbedaan besar. Banyak keluarga akhirnya bisa kembali tidur di rumah sendiri, meskipun hanya dengan fasilitas terbatas. Setelah bertahun-tahun tinggal di tenda, kembali ke rumah dianggap sebagai kemenangan kecil atas kerasnya kehidupan sebagai pengungsi.

Seorang pria dalam wawancara di lapangan menggambarkan situasi yang sulit. Ia mengatakan bahwa sebagian besar rumah di Kafar Nabel hancur total, dan apa yang dilakukan LSM Human hanya mencakup sebagian kecil kebutuhan. Ia berharap pemerintah maupun organisasi internasional bisa menambah dukungan agar lebih banyak rumah dapat diperbaiki.

Organisasi Human sendiri menyadari keterbatasan anggaran. Mereka hanya bisa menangani renovasi internal dengan biaya minimum. Pekerjaan meliputi instalasi listrik sederhana, pemasangan saluran air, dan sistem drainase untuk mencegah banjir di musim dingin. Semua itu dikerjakan oleh tim teknik khusus yang dikerahkan organisasi.

Keberadaan tim teknik ini menambah rasa percaya warga bahwa renovasi dilakukan dengan perhitungan, bukan asal-asalan. Walaupun kualitas materialnya sederhana, perencanaan teknis tetap dipertahankan agar rumah bisa bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama.

Warga yang kembali ke rumah juga turut serta membantu dengan tenaga. Banyak yang bekerja bersama tukang untuk mempercepat proses, sekaligus menekan biaya. Suasana gotong royong membuat proyek ini tidak hanya tentang bangunan, tetapi juga tentang membangun kembali rasa kebersamaan.

Bagi sebagian keluarga, kembali ke rumah berarti bisa mengembalikan rutinitas sehari-hari. Anak-anak bisa bermain di halaman rumah sendiri, sementara para orang tua mulai menanam sayur di tanah sekitar. Meski belum sepenuhnya pulih, ada rasa normalitas yang mulai kembali.

Proyek renovasi ini sekaligus mengurangi beban kamp pengungsian yang selama ini penuh sesak. Setiap keluarga yang bisa pulang, berarti ruang di kamp bertambah lega untuk yang masih terjebak di sana. Dengan begitu, manfaatnya dirasakan lebih luas dari sekadar satu rumah yang diperbaiki.

Namun tantangan tetap besar. Banyak bangunan di Kafar Nabel yang sudah runtuh dan tidak mungkin hanya direnovasi. Dibutuhkan pembangunan baru dari nol, sesuatu yang tak mampu dilakukan oleh organisasi kecil dengan dana terbatas.

Seruan kepada komunitas internasional pun kembali terdengar. Para warga berharap ada dukungan lebih besar agar rekonstruksi bisa berlangsung secara menyeluruh. Tanpa itu, mereka khawatir hanya sebagian kecil yang bisa pulang, sementara sisanya tetap terjebak dalam kondisi pengungsian.

LSM Human menegaskan bahwa proyek ini tidak akan berhenti. Walau dengan keterbatasan, mereka berusaha melanjutkan tahap demi tahap sesuai kemampuan. Baginya, setiap rumah yang bisa dihuni kembali adalah sebuah pencapaian yang layak dirayakan.

Kehadiran program ini juga memberikan contoh nyata tentang pentingnya inisiatif lokal. Di tengah minimnya perhatian internasional, langkah sederhana memperbaiki pintu dan jendela bisa berdampak besar pada kehidupan banyak orang.

Warga Kafar Nabel yang sudah kembali pun menyebut rumah mereka kini sebagai “tempat pulang”, bukan sekadar bangunan. Meski cat dinding belum rapi dan lantai masih kasar, keberadaan atap yang melindungi dari hujan sudah lebih dari cukup untuk menghidupkan harapan.

Suasana kota perlahan berubah. Dari deretan bangunan kosong dan jalanan sunyi, kini mulai terdengar kembali suara anak-anak dan aktivitas sehari-hari. Kehidupan yang sempat hilang mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.

Meski masih panjang jalan rekonstruksi Suriah, cerita dari Kafar Nabel memberi gambaran bahwa kebangkitan bisa dimulai dari hal-hal kecil. Satu pintu terpasang, satu keluarga kembali pulang, dan satu kamp pengungsi berkurang bebannya.

Harapan pun tumbuh seiring dengan setiap rumah yang kembali ditempati. Kafar Nabel belum sepenuhnya bangkit, namun proyek sederhana ini menunjukkan bahwa di tengah keterbatasan, masih ada ruang untuk membangun kembali masa depan.

Dengan segala kekurangannya, inisiatif LSM Human telah menyalakan cahaya baru di kota yang lama tenggelam dalam kegelapan. Bagi para pengungsi, inilah awal dari perjalanan pulang yang sesungguhnya, meski jalannya masih panjang dan penuh tantangan.

loading...

Popular Posts

Popular Posts

Video Of the Day

More

 
Copyright ©
Created By Sora Templates & Free Blogger Templates